Rabu, 14 April 2010

Pakar Rusia Ramalkan Perang Dunia Ketiga Semakin Dekat!



Sejumlah pakar meyakini bahwa PerangDunia III akan dimulai 100 tahun setelah yang pertama dan akan memakankorban ratusan juta jiwa. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa perang itukini telah berlangsung, mendekati penyelesaian tahap pertamanya.

Konstantin Sivkov, wakil rektor pertamauntuk Akademi Isu-isu Geopolitik Rusia, mengembangkan sebuah konsepilmiah tentang alasan, tahapan, dan kerangka waktu dari Perang DuniaII. Ia berbagi prediksinya dengan Svobodnaya Pressa.

Sivkokv meyakini bahwa planet Bumi telahmengalami sebuah krisis peradaban global. Krisis itu disebabkan olehbeberapa ketidakseimbangan, antara lain: konflik antara pertumbuhanproduksi/konsumsi dan ketersediaan sumber daya; konflik antara negaraberkembang yang ’miskin’ dan negara maju industrialis yang ’kaya’,antar bangsa dan elit transnasional; konflik antara pasar bebas dengankekuasaan uang dan akar spiritual dari berbagai peradaban, termasukOrtodoks, Muslim, Budha, dan lainnya.

”Analisis tentang kemungkinan solusidari ketidakseimbangan dan konflik ini memperlihatkan bahwa sifatmereka pada dasarnya antagonistik, dan krisis tersebut tidak dapatdiselesaikan tanpa pelanggaran yang signifikan terhadap kepentingansejumlah subyek geopolitik besar. Ini berarti bahwa partisipasikekuatan militer tidak terhindarkan. Mengingat karakter global darikrisis ini, dapat kita asumsikan bahwa partisipasi militer juga akanbersifat global,” ujar Sivkov.

Ia memprediksikan bahwa Perang Dunia IIIakan bersifat koalisional. Negara-negara akan membentuk koalisiberdasarkan loyalitas mereka kepada salah satu dari dua model tatanandunia.

Model pertama adalah dunia hirarki yangberadab. Sedikit brutalitas akan menghancurkan seluruh kemanusiaan.Model yang kedua adalah dukungan mutual yang beradab atau harmoniberadab.

”Dengan kata lain, perang akan dilakukanuntuk menentukan basis spiritual dari tatanan dunia yang baru. Itu akandidasarkan pada individualisme, keegoisan dan penindasan, ataukomunitas, dominasi kepentingan mutual untuk bertahan dan berkembangdan saling mendukung satu sama lain. Ini adalah perbedaan utama diantara perang yang akan terjadi dan perang-perang sebelumnya yangdilakukan untuk redistribusi ekonomi.”

Dua koalisi telah ada. Pertama adalahaliansi dari negara maju industrialis yang diwakili oleh peradabanBarat. Pondasi spirirtual dari koalisi ini didasarkan padaindividualisme dan kepemilikan material yang menghasilkan kekuasaanuang. Inti politik dan militer dari koalisi ini diwakili oleh blok NATO.

Koalisi kedua meliputi negara-negaraOrtodoks, Islam, dan peradaban-peradaban lain yang didasarkan padadominasi spiritual atas material. Koalisi ini tertarik pada tatanandunia yang multipolar. Namun, negara-negara ini belum menyadari bahwamereka memiliki kepentingan geopolitik yang saling menguntungkan,apalagi kebutuhan di dalam persatuan politik atau militer.

“Negara-negara yang bukan merupakanbagian dari peradaban Barat tidak siap untuk konfrontasi militer baikkesiapan organisasional maupun teknis. Di sisi lain, koalisi inimemiliki penduduk dan kontrol atas sumber daya alam dan wilayah dalamjumlah mayoritas. Hal ini sangat memperbesar peluang mereka untukmemenangkan perang yang panjang dan memiliki situasi yang menguntungkanuntuk melawan agresor dalam tahap-tahap awal perang.”

“Potensi keuntungan lainnya adalahserangan simultan dari segala arah secara praktik mustahil dilakukan.Ini memberikan cadangan waktu untuk konsolidasi negara-negara ke dalamkoalisi anti-imperialistik. Ada kemungkinan mendukung negara-negarayang akan menjadi korban pertama agresor,” ujar Sivkov.

Sang ilmuwan yakin bahwa perang telah dimulai. Sejauh ini masih dalam tahap yang relatif damai.

“Tahap pertama yang dapat kita sebut‘upaya resolusi krisis penuh damai’ akan segera berakhir. Pertempurankonferensi tingkat tinggi 20G di medan tempur kini jelas tidak membawahasil. Pernyataan provokatif Imedi dan Helsingin Sanomat menandaidimulainya tahapan kedua, yang dapat kita sebut ‘periode ketiga sebelumdimulainya perang dunia’.” Dalam tahap ini, peradaban Barat telahmemulai persiapan untuk perang dan konflik bersenjata lokal untuksumber-sumber daya.

Aksi utama di tahap ini adalah operasiinformasi dan aksi dalam area ekonomi yang dapat terjadi dalam berbagaibentuk, mulai dari sanksi ekonomi hingga serangan teroris terhadapfasilitas industri, serta berbagai aktivitas berbeda dari PasukanKhusus,” ujar Sivkov.

“Dalam beberapa tahun, tahapan ketigaakan dimulai, tahap ‘perang terbatas’ yang kemudian akan berubahmenjadi perang dunia skala penuh dengan berbagai jenis senjata.”

Satu-satunya faktor pembatas saat iniadalah potensi nuklir Rusia. Menurut prediksi sang ilmuwan, Barat akanberusaha menyingkirkan tameng nuklir Rusia.

“Mempertimbangkan situasi di Rusia,ketika kolom kelima Barat secara signifikan mempengaruhi keputusandalam sektor pertahanan Rusia, terutama arah yang akan diambil olehpasukan bersenjata Rusia, dapat kita harapkan bentuk kontrak SNF yangakan menghilangkan tameng nuklir Rusia. Tentu saja, itu akan dilakukandengan kedok perjuangan indah untuk dunia tanpa senjata nuklir.”

“Rusia mungkin akan mengalami eliminasifisik dari potensi nuklirnya dalam tahapan pertama perang dunia dengantransisi lebih jauh dari koalisi neo-imperialistik untuk membatasipenggunaan senjata nuklir, yang akan membawakannya kemenangan di dalamperang,” ujar Sivkov.

Ia meyakini bahwa agresor tidak akan berhenti dengan kemungkinan jatuhnya korban jiwa ratusan juta orang.

“Sejarah menunjukkan bahwa elitperadaban ‘egois’ tidak akan dihentikan oleh pengorbanan manusia bilaada jaminan mereka sendiri akan selamat di dalam bunker-bunker.Analisis ini memperlihatkan bahwa jika perang dunia yang baru terjadi,itu akan menyentuh mayoritas penduduk dunia, semua benua, lautan, dansamudera. Lebih dari 100 juta orang akan berpartisipasi dalam perangini. Total kehilangan demografis mungkin akan melebihi beberapa ratusjuta orang. Karena itu, semua orang jujur di muka Bumi, termasuk merekayang membentuk koalisi ‘egois’ harus melakukan segala yang mereka bisauntuk tidak membiarkan itu terjadi. Untuk melakukannya, kita harusmemitigasi dengan kekuatan hukum atau metode-metode lain, keserakahanpara konglomerat nasional dan transnasional dari sektor finansial. Kitaharus menghentikan politisi mereka yang ambisius, serakah, tidak tahumalu, dan terkadang bodoh itu. Ini hanya dapat dilakukan berdasarkanupaya konsolidasi internasional,” ujar sang ahli merangkum analisisnya.
 
 
sumber:copisusu 

0 Komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More