Sudah sepekanlelaki itu meringkuk di sel pojok kanan lantai satu gedung BadanReserse Kriminal Polri di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan. Tapi diamemang agak istimewa. Selama ditahan, selnya kerap dikunjungi wargaasing.
SiapaMarshall? Dua informasi berbeda mencuat tentang lelaki ini. Ada yangbilang dia agen Central Intelligence Agency (CIA) yang bermarkas diWashington DC, Amerika. Sebaliknya, dia disebut-sebut buronan lembagamata-mata kelas wahid itu.
Tapimari berpegang pada keterangan resmi Mabes Polri, bahwa Marshall adalahbekas CIA, dan sekaligus buronan lembaga mata-mata itu. Dia dituduhterlibat perdagangan senjata api gelap, dan sejumlah kejahatan lain diAmerika, Inggris, dan Rusia.
Katapolisi, Marshall agen yang licin. CIA memburunya sejak 1974.Mengantongi 50 paspor berbagai negara, dia bisa melanggang ke pelbagaipenjuru dunia.
PadaAgustus 2007, dari Johor, Malaysia, dia menyeberang ke Batam. DiIndonesia, petualangannya lebih seru. Dia jatuh cinta dengan LisnaHerawati saat berada di Jakarta. Dia pun menikah dengan gadis 32 tahunitu. Mereka menetap di Cianjur. Lengkap dengan KTP dan paspor setempat.
Enambulan kemudian, Marshall hendak meninggalkan Indonesia. Bersama Lisna,dia mengurus paspor di Kota Bogor, pada Januari 2008. Tapi, entah salahpada bagian apa, petugas Imigrasi di Bogor curiga. Kepala ImigrasiBogor meneruskan informasi ini ke Kedutaan Besar Amerika. Lalu kedutaanitu mengutus tiga petugasnya. Di sinilah pertama kali muncul ceritaMarshall adalah buronan CIA itu.
Setelahpenangkapan itu, tak jelas di mana Marshall berada. Cerita soal diasimpang-siur. Informasi dari petugas Imigrasi saat itu, Marshall segeradideportasi ke Amerika.
***
Senin14 Januari 2010. Seorang calo paspor, R. Simbolon, datang ke kantorImigrasi Bogor di Jalan Ahmad Yani, Tanah Sareal, Kota Bogor. Simbolonmembawa dokumen atas nama Robert Marshall Reid. Tujuannya menguruspaspor. “Dia menempuh prosedur normal,” kata Kepala Imigrasi Bogor,Ahmad Hasaf.
Petugaspun meminta Simbolon membawa Marshall pada Selasa 15 Januari 2010.Lelaki itu tiba pukul 10.30 WIB, bersama istrinya Lisna Herawati.Petugas mewawancarainya kembali. Aneh memang. Petugas imigrasi sepertitak punya data pemeriksaan Marshall dua tahun silam.
Tapitoh tetap ada yang mencurigakan. Marshal mengaku warga Indonesiaketurunan Inggris. Namun gagap bicara Indonesia. “Padahal seluruhdokumennya menunjukkan dia Indonesia asli,” kata Ahmad.
Marshallpunya kartu tanda penduduk bernomor 09.5005020352.0248 yang ditekenLurah Cempaka Putih Timur, Rugan M. Faisal. Di dalam KTP itu tertulisRobert beragama Islam, lahir di Jakarta, dan beralamat di Jalan CempakaPutih Tengah XV/6 RT 01/08, Jakarta Pusat.
SelainKTP, ada juga buku nikah bernomor 134/52/III/2006, diteken H. Damaryang disebut petugas Kantor Urusan Agama Mampangprapatan, JakartaSelatan. Di kolom isteri tertera nama Lisna dengan wali nikah Badang,seorang purnawirawan TNI.
Dokumenitu diduga palsu. Untuk kedua kalinya Marshall digiring ke ruangPengawas dan Penindak Keimigrasian. Sayangnya, si calo Simbolon yanghendak diperiksa sudah kabur duluan. Lisna juga tak bisa menjawab soalstatus kewarganegaraan Marshall. ”Selanjutnya, saya melaporkannya keKedutaan Amerika,” kata Ahmad.
Hariitu juga tiga petugas Kedutaan Amerika datang ke Bogor. Setelahberbicara dengan Marshall dan meneliti data-datanya, tiga petugas itumengakui Marshall warga negara mereka. “Disebutkan, Marshall pelakutindak kriminal dan buronan tiga negara yakni AS, Inggris dan Rusia,”katanya.
Menurutinformasi dari Kedutaan Amerika yang masuk ke Ahmad, Marshall terlibatkasus cek kosong, pemalsuan dokumen, dan senjata illegal. Cerita inipersis seperti disampaikan petugas Kedutaan Amerika dua tahun lalu.
Seharikemudian, Marshall dititipkan ke tahanan Mabes Polri. Di sinilah munculinformasi Marshall adalah agen CIA. “Kami mencari tahu apa motifnyaberada di Indonesia,” kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri,Komisaris Jenderal Ito Sumardi.
***
JejakCIA di Indonesia, sepertinya juga bukan hal baru. Setidaknya, ceritaitu sudah muncul sejak lembaga intel berdiri 1947. Pada masa itu, HarryS. Truman memimpin Amerika (1945-1953), dan dia membuat doktrinmengisolasi Uni Sovyet secara politik dan ideologi. Amerika lalu rajinmenghadang komunisme di seluruh dunia.
Padamasa Sukarno, yang anti imperialisme, dan condong ke Partai KomunisIndonesia, Indonesia menjadi intaian CIA. Tercatat sejumlahpemberontakan dalam negeri, disebut-sebut berkait dengan intelijenAmerika. Sepak terjang lembaga intel Abang Sam ini pernah diulas tajamdalam Legacy of Ashes, the History of CIA, karya Tim Weiner, wartawanThe New York Times, pemenang Pulitzer.
SetelahSukarno tumbang, cerita soal intel Amerika beraksi di Indonesia munculsamar-samar. Layaknya organisasi intel, tak tercium geraknya. Palingbanter, tudingan diarahkan ke jaringan Amerika di lingkaran elitteknokrat. Pada awal orde baru, sempat mencuat sebutan Mafia Berkeley,semacam koneksi elit pendukung orde baru, yang dididik di UniversitasBerkeley, California, Amerika.
NamaCIA juga timbul tenggelam. Terakhir, misalnya, ada tudinganLaboratorium Namru-2 di Departemen Kesehatan bekerja untuk kepentinganintelijen Amerika. Namru adalah kerjasama Departemen Kesehatan RI danAngkatan Laut Amerika sejak 1975.
Dualembaga swadaya masyarakat, An Nashr Institute dan Medical EmergencyRescue Committee menuding lab itu bekerja untuk intelijen Amerika. Parapeneliti Namru, kata mereka, boleh membawa penelitian ke luar Indonesiatanpa diperiksa.
Terakhir,nama CIA mencuat tatkala penangkapan Umar al Faruq di Bogor pada 2002.Dicokoknya al-Faruq adalah bagian “perang melawan teror” yangdigelorakan George W Bush setelah serangan al-Qaidah pimpinan Usamahbin Ladin, ke dua menara WTC di New York, 11 September 2001.
Amerikamenuding Al-Faruq kaki tangan jaringan bin Ladin di Asia Tenggara.Persembunyian Umar terbongkar setelah polisi mendapat bisikan informasidari CIA. Al-Faruq lalu dijebloskan ke penjara Amerika Serikat diBagram, Afghanistan. Memang, ada cerita dia berhasil kabur, dan kembalike Irak, negara kelahirannya. Lalu, Al-Faruq diberitakan tewas dalampertempuran di Basra, Irak Selatan, pada Oktober 2006.
Sejakitu, nama intel Amerika kerap muncul dalam aksi anti teroris dinusantara. Tentu saja, semua dalam format kerjasama Amerika-Indonesia.
***
Laluapa tugas si ‘agen’ Marshall yang tertangkap di Bogor ini? Pemeriksaanpun dilakukan intensif oleh berbagai lembaga. Selain polisi, Marshalljuga ditelisik oleh aparat Kementerian Politik Hukum dan Keamanan,Kementerian Luar Negeri, dan Badan Intelijen Negara (BIN).
Tapijawabannya toh sama. Kepada penyidik, Marshal menampik bahwa dirinyaadalah CIA. Sayangnya, tak banyak informasi keluar dari mulutnya. DariKedutaan Besar Amerika juga tak ada komentar soal ini.
Sampailelaki berhidung tinggi dengan lengkung tajam itu dipaksa pulang kenegerinya, Marshall hanya dinyatakan bersalah karena satu hal:melanggar aturan imigrasi. “Soal intelijen saya belum tahu,” kata ItoSumardi.
sumber: http://unik.ardi33.net/2010/01/kisah-intel-cia-di-bogor.html




0 Komentar:
Posting Komentar