Senin, 01 Februari 2010

Pengakuan Olmert, Terkuaknya Rahasia Nuklir Israel

Pengakuan Olmert, Terkuaknya Rahasia Nuklir Israel
Ehud Olmert, Perdana Menteri Rezim Zionis beberapa waktu lalu mengakui bahwa rezim ini memiliki senjata nuklir. Pengakuan Olmert ini mendapatkan reaksi besar dari masyarakat dunia dan menimbulkan gejolak politik di Palestina pendudukan, karena inilah untuk pertama kalinya ada seorang pemimpin Zionis yang mengakui kepemilikan senjata nuklir. Dalam kesempatan ini, kami mengajak Anda untuk mengkaji lebih jauh mengenai masalah ini. Selamat mengikuti.
Dalam kunjungannya ke Jerman, Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert mengeluarkan pernyataan bahwa negaranya memiliki senjata nuklir. Dalam mereaksi pernyataan itu, para pejabat Israel segera menepis dugaan bahwa Olmert telah mengakhiri tradisi Israel untuk bersikap ambigu mengenai program nuklirnya. Sebagian politisi Israel juga mengkritik pernyataan Olmert. Yuval Steinitz, anggota Parlemen yang berasal dari partai oposan, Likud, menyerukan agar Olmert mengundurkan diri karena telah menimbulkan bahaya keamanan akibat salah bicara. Menurut Steinitz, "Seorang perdana menteri yang tidak bisa mengontrol pernyataannya mengenai masalah sensitif keamanan, harus meninggalkan jabatannya."
Menyusul pengakuan Olmert, Simon Perez, Wakil Perdana Menteri Zionis, juga diwawancarai oleh koran Zionis, Haaretz. Dalam wawancara itu, Perez secara tersirat juga mengakui keberadaan senjata nuklir di Israel. Perez yang disebut-sebut sebagai Bapak Atom Israel itu mengatakan, "Dalam pertemuan dengan Presiden AS waktu itu, John F. Kennedy, saya menyampaikan mengenai perlunya senjata nuklir bagi Israel." Ketika bertemu dengan Presiden Kennedy, Simon Perez menjabat sebagai Menteri Perang Rezim Zionis.
Pernyataan Olmert tersebut telah mengakhiri kebohongan yang dilakukan rezim Zionis selama 50 tahun terakhir mengenai proyek senjata nuklirnya. Sebenarnya, kepemilikan senjata pembunuh massal oleh Israel sudah sejak lama diberitakan oleh berbagai pihak, namun tidak pernah diakui oleh pemerintah rezim illegal itu. Seorang teknisi di reaktor nuklir Demona Israel, Mordechai Vanunu, sejak 20 tahun lalu telah memberitahukan kepada dunia mengenai rahasia Israel ini. Vanunu bekerja di reaktor nuklir Demona sejak tahun 1976 hingga 1985. Ketika mengetahui bahwa reaktor tersebut memproduksi senjata nuklir, hati nurani Vanunu terketuk dan dia mempertaruhkan nyawanya dengan menceritakan rahasia besar itu kepada surat kabar Sunday Times terbitan Inggris. Tak lama kemudian, agen Mossad menculik Vanunu yang sedang berada di Italia. Pada tahun 1988, setelah menjalani pengadilan sepihak, Vanunu dijatuhi penjara 18 tahun atas tuduhan telah membocorkan rahasia negara. Kini, Vanunu telah dibebaskan dari penjara, namun tetap dikenakan tahanan rumah dan dilarang keluar dari Israel.
Pengakuan Ehud Olmert telah menimbulkan transformasi penting dalam politik rezim Ziomis dan mengakhiri era terselubung proyek senjata nuklir Israel. Data menunjukkan bahwa Rezim Zionis pada tahun 1956 dengan bantuan pemerintah Perancis, telah memulai proyek nuklir militernya. Pada tahun 1960, hulu ledak nuklir pertama diproduksi oleh Israel. Meskipun pada tahun 1968 telah disahkan Perjanjian Larangn Produksi dan Perluasan Senjata Nuklir (NPT), namun Israel hingga kini menolak menandatangani perjanjian itu. Israel juga tidak pernah mengizinkan IAEA untuk melakukan inspeksi di reaktor nuklirnya. Rezim Zionis tetap meneruskan produksi senjata nuklirnya dan menurut perkiraan para pengamat, rezim ini minimalnya memiliki 200 unit hulu ledak nuklir.
Surat kabar le Monde Diplomatique terbitan Perancis, beberapa waktu lalu menurunkan tajuk rencana yang membahas pengakuan Olmert mengenai kepemilikan senjata nuklir. Harian itu menulis, "Israel menolak untuk bergabung dalam perjanjian NPT, sementara Iran bersedia menandatangani perjanjian itu. Namun, Barat sejak tiga tahun lalu selalu berusaha menghalangi Iran dalam melanjutkan program nuklir sipilnya dan kita menyatakan bahwa alasannya adalah karena kita mengkhawatirkan Iran akan membuat senjata nuklir. Sebelum Olmert mengakui keberadaan senjata nuklir di Israel, Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, juga menyatakan bahwa Israel, Pakistan, dan India adalah tiga kekuatan nuklir yang mengepung Iran."
Meskipun Olmert telah mengakui bahwa Israel memiliki senjata nuklir, anehnya, negara-negara Barat, terutama Amerika, Inggris, dan Perancis, tidak memberikan reaksi apapun. Di saat yang sama, negara-negara itu malah meneruskan tekanan mereka terhadap proyek nuklir Iran dan selalu menuduh Iran sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir. Standar ganda yang ditunjukkan oleh negara-negara adidaya itu memperlihatkan bahwa di dunia saat ini sedang terjadi diskriminasi dalam bidang nuklir.
Sementara itu, analisis mengenai apakah pengakuan Ehud Olmert mengenai kepemilikan senjata nuklir adalah pengakuan yang sengaja atau ketidaksengajaan, bisa dilakukan dengan mengamati sitausi Timur Tengah dan Teluk Persia akhir-akhir ini. Selama ini, rezim Zionis terus mengambil sikap diam berkenaan dengan proyek nuklirnya. Rezim ini tidak mengakui, namun juga tidak menepis dugaan mengenai adanya senjata nuklir di gudang-gudang senjata rezim ini. Hal ini dilakukan rezim illegal itu untuk menghindari konflik politik dan dengan cara itu, rezim ini bisa diam-diam meneruskan produksi senjata nuklirnya.
Namun kini, sepertinya Israel telah menyusun rencana baru terkait proyek nuklirnya. Setelah pengakuan Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, mengenai senjata nukliur yang dimiliki Israel, Olmert dan Perez pun mengeluarkan pengakuan serupa. Kritikan beberapa anggota parlemen Israel terhadap pengakuan ini, bisa dinilai sebagai strategi, yang pada dasarnya merupakan bentuk pengakuan pula. Kejadian ini berlangsung secara susul-menyusul pasca kekalahan telak Rezim Zionis dalam melawan kekuatan Hizbullah Lebanon. Sebagian pengamat politik menilai, pengakuan Rezim Zionis ini adalah upaya unjuk gigi atas kekuatan yang mereka miliki dan usaha untuk mengembalikan citra Israel sebagai negara militer terkuat di Timur Tengah.
Namun, apapun juga niat Israel, yang jelas pengakuan Olmert lagi-lagi membuktikan standar ganda dan diskriminasi yang dilakukan negara-negara Barat dalam bidang nuklir. Israel yang jelas-jelas memiliki senjata nuklir dibiarkan bebas, sementara Iran yang mendayagunakan teknologi nuklir bertujuan damai di bawah pengawasan IAEA malah diembargo dan dipaksa untuk menghentikan proyek nuklir damainya.


http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=125&Itemid=27

0 Komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More